Minggu, 12 Februari 2012

Pergi Seperti Mimpi

Tiba2 saja kau katakan ingin pergi dari hatiku. Kemana? tanyaku terkejut dengan kening berkerut. Kau hanya mengangkat bahu. Tak tau. Yang pasti kau ingin pergi. Tapi bukan karena tak mencintaiku lagi, begitu katamu, tapi karena cintaku membebanimu. Tapi sebelum kau pergi kau juga katakan bahwa aku tak perlu cemas, kau bilang akan tetap mengingatku selamanya.
Ah, pasti sesuatu yang tajam telah menusuk ulu hatiku saat itu dan membuatnya ngilu bukan main. Dan lantas saja membuat kedua mataku seketika basah berair. Meluap begitu saja. Seperti mata air.
Tapi memintamu untuk tetap tinggal disini, di hatiku, juga tak mungkin. Meski berkali2 aku katakan padamu bahwa aku ingin kau tetap tinggal, tapi tetap saja kau ingin pergi dariku.
Harus kah kau pergi sekarang? tanyaku sekali lagi dan berharap kau berubah pikiran. Kau mengangguk pasti. Aku terlalu mencintaimu, tinggalah denganku disini, kataku memohon. Kau hanya diam. Wajahmu datar. Jika saja erat pelukanku di tubuhmu bisa membuat langkahmu tertahan, pasti sudah kulakukan. Tapi niatmu sudah bulat.
Kau pun melangkah pergi. Tak ada pelukan perpisahan maupun ciuman kecil di kening sebagai tanda perpisahan. Langkahmu semakin menjauh. Kau meninggalkanku yang masih tak mengerti mengapa kau ingin pergi dariku. Aku diam mematung. Tak tau harus berbuat apa lagi untuk menahanmu tuk tetap tinggal di hatiku.
Sesaat aku limbung, persis seperti balon yang perlahan kehabisan gas yang melambungkannya. Hidupku seketika serupa balon kempes. Tapi biarlah, aku tak penting. Terserah mau berakhir seperti apa hidupku. Kamu lah yang terpenting. Pergilah. Kutitipkan satu2nya milikku padamu, hatiku.

 \

fidget
KLKRKD :)