Jumat, 04 Mei 2012

Tertawa Bersamanya




Selepas siang ini, dimeja makan dengan tahu telor bumbu kecap kacang + mie goreng bercampur sawi dengan sedikit suwiran gubis tersaji, serta tak lupa teh hangat disandingnya
dan sebelumnya telah kita masak berdua di dapur rumahnya , yahh dapur yang sebagian masih dalam proses renovasi
Mungkin memang rasanya tak seberapa enak, bahkan terlalu asin katanya hehhehehe
Bukan hasil yang membikin aku tersenyum mengingat kejadian tadi itu, salah satunya ketika dia dengan ketulusan dan sabarnya mengajariku, memotivasiku menjadi seorang gadis dewasa yang harus bisa memasak :)
Ini yang tak kutemui didalam rumahku

Dengan setiap irisan tahu telor yang ku lahap , selalu ada cerita baru yang dibeberkan oleh bibirnya
Yang terkadang lantas kita tertawa berdua dalam ruang makan itu, terlihat tertawa lepas seperti seorang anak dengan ibundanya
Hanya tampaknya saja aku tertawa selepas itu , sebenarnya aku masih ingin tertawa seperti ini namun pada masa yang lini lalu -- ada kamu , duduk di kursi sebelah kiriku ikut tertawa lepas bersama ku dan dia
Ahhh, kau tau sayang, aku tak begitu menamatkan tawamu saat itu
Padahal , pada keyakinanku , aku suatu saat takkan bisa lagi tertawa bersamamu
Bahkan untuk melihat tawamu saja, tak pernah terwujudkan
Bila sudah begitu, sesegera ku memejam mata
Mencarimu dipikiranku , yang selalu modar-mandir sendiri
Tetiba aku ingin menemanimu dalam pikiranku
Tapi sayang, memang tak pernah bisa
Maaf untuk itu


Sebelum beranjak dari rumahnya , beberapa buah mengkudu dan daun alpukat telah terbungkus rapi untuk ku bawa pulang ,
Bukan sayang , bukan buat aku
Buat ayahku , daun alpukat yang direbus harus berjumlah ganjil lalu diminum sari daunnya itu, begitu katanya
Sedangkan buah mengkudunya , dengan sedikit terengah aku dengannnya mengunduh (mengambil dengan tongkat)  di pohon sebelah rumah tetangga
Lekas saja setelah itu, ingin ku cium pipinya , tanda terima kasihku untuk beberapa peluh yang terbuang percuma
Namun hanya sebatas, sedikit memeluknya sewaktu pulang dan mencium tangan kanannnya, seperti pada kebiasaanku



**Mungkin, aku takkan bisa lepas darinya
Sebab ketulusan dan kesabarannya
Aku tak lagi menganggapnya tante, tapi mama
Seperti ucapnya beberapa waktu lalu , ketika dia mengunjungiku bersama keluarga dekatnya dengan beberapa bingkisan foto dan kado special darinya  "Kamu, tetap anakku, seperti dulu. Jadi jangan penah berjarak, mainlah nak "






Andai aku bisa menyulapmu , membuatmu mengatakan seperti itu pada ku
"
Kamu, tetap kekasihku, seperti dulu. Jadi jangan pernah berjarak, Agar rindu kita tak berserak "


fidget