Aku masih ingat semuanya.
Atas pertemuan kita.
Obrolan
kita.
Saat kita saling berbagi tentang kehidupan kita.
Setelah itu kau pergi.
Meninggalkan aku hingga aku tak punya lagi
teman bercerita.
Jujur saja, setelah itu aku selalu merapalkan namamu dalam doa-doaku
agar Tuhan berkenan mempertemukan kita lagi.
Namun Tuhan ternyata tak mengabulkan
doaku itu.
Hingga kini, kita tak pernah lagi bertemu.
Aku kecewa.
Sejak itu, aku putuskan untuk membuat tempat tersendiri di hatiku.
Tempat yang kukhususkan hanya untuk dirimu.
Dalam imajinasiku yang
kurangkai sendiri.
Aku bisa begitu lama berdiam disana.
Menguncinya rapat-rapat agar tak ada
seorangpun yang tau.
Aku hanya ingin mengulang kisah-kisah kita.
Mengenang
wajahmu.
Mengenang kata-katamu.
Mengenang pertemuan kita waktu itu.
Sayang, untukmu.
Untuk kita.
Untuk sebuah
kenangan yang mungkin suatu saat akan kita buka kembali pada masa yang
akan datang.
Aku hanya menuliskannya.
Aku hanya mencatatnya.
Sekedar menceritakan
kembali episode-episode kebersamaan kita meski tak sempurna.
Aku hanya mencatat kenangan, mencatat luka, mencatat bimbang,
mencatat senyum, mencatat tawa kita, mencatat pagi dengan hawa
dinginnya, mencatat siang dengan sinar teriknya dan mencatat malam
dengan segala sunyinya.
Sayang, aku hanya mencatat kenangan.
fidget