Senin, 12 Maret 2012

Mayatmu, Senyum Sekaratku

Setiap kamu tersenyum dan tertawa
Entah mengapa, aku selalu berharap adalah diriku yang ada dipikiranmu saat itu

Aku ~ yang selalu mencoba tersenyum untukmu
Walau aku tau, tak mungkin kamu mengindahkannya atau hanya sekedar menoleh
Tanpa mengharap kamu tersenyum balik terhadapku
Aku ~ yang yang selalu mencoba menggapai kamu dengan kedua tangan ku yang tak ada daya sedikitpun
Lalu mendekapmu erat lama, lama, lama sekali
Setelah itu, ku hentikan waktu yang melaju tenang disamping kita
Jika waktu telah habis menyemulakan
Tak ada cara lain, selain membunuhmu
Membunuhmu, namun tak melukaimu sedikitpun
Agar tidak tecampur cium dengan darah yang menyengat anyir
Juga agar tetap tercium aroma tubuhmu yang menyesakkan dadaku ketika orang selain kamu mengenakannya

Lalu ku bawa pulang jasadmu kembali ke beranda rumahku
Tak terhenti disitu, terus ku langkahkan kaki tanpa lesu
Memapahmu hingga suatu tempat

DISUDUT KAMARKU, KUABADIKAN MAYATMU
Ku sandarkannya pada tembok yang terpatri namamu bertintakan darah ku



fidget

Tidak ada komentar:

Posting Komentar