Jumat, 30 Mei 2014

Rasa Mei yang Istimewa



Kau pasti sudah pernah merasakan terlelap dengan rasa yang begitu tenang, dengan hanya beralaskan hamparan rumput menghijau dan beratapkan langit dengan ribuan gemintang yang tersipu malu di balik awan-awan yang berarak kelabu.

Kau, Sayang,  sudah pasti pernah merasakan sangat nyaman walau hanya berselimutkan sleepingbag dan carrier 40L sebagai sandaran dari kerikil-kerikil yang lebih mengganjal kepalamu.







Aku sudah pernah, walau hanya sebatas dataran-dataran rendah seperti pantai, hutan, alas. Namun kini berbeda

Aku sedang berada di Puncak Bayangan, Gunung Penanggungan




Waktu serasa begitu cepat namun melambat





Ketika langit yang gemerlap ditarik paksa oleh cahaya mentari yang mengabur perlahan
Dan ketika, aku, ya aku dibangun paksa oleh semilir angin yang membawa aroma seduhan kopi













Serta ketika pertama kali yang terlihat saat mata terbuka adalah wewarni tenda dari para pendaki


Juga ketika goresan wewarni dari bias sang mentari, adalah pelangi yang melangkapi pagi ini dengan benar-benar patut untuk dikagumi









Matahari telah berada hampir saja menuju 45 derajat kemiringan, beberapa nesting, gelas, piring sudah mengotor tanpa sisa










 

Seperti beberapa tujuan yang tampak terlihat begitu tidakmudahnya untuk dicapai, namun jika lebih beranggapan bahwa mampu, maka kemudahan-kemudahan akan lebih menghampiri dibanding dengan hanya bisa mengeluarkan kata keluhan.

Puncak memang tujuan, ada yang lebih dari itu. Puncak adalah sebuah keistimewaan yang perlu dirasakan, disimpan, dan dipertahankan setelah beberapa perjuangan. Dalam alam, dan hati yang terdalam






Walau kaki begitu terasa ngilu dan mulai kaku

 


 Walau celana mulai menganga




Juga warna kulit berubah,








Jika hasil dari semua perjuangan, mulai dari terpeleset, terjatuh, terpental, terluka pada bagian kening saat pendakian semalam tanpa headlamp, lelah yang berkepanjangan, rasa yang hampir berkali-kali menyerah dan memutuskan untuk balik menuju tenda, maka kurasa telah terbayar. Terbayar secara tuntas bila melihat gumpalan-gumpalan awan seperti ini. 









Dan apa yang lebih berharga dari sahabat yang yang turut merasakan haru??

 
















"Karna kita hanya segilintir debu di padang pasir , sebulir air di luasnya samudra, atau bahkan bukan apa-apa di mata Tuhan. Bersyukurlah tentang yang sederhana, tak perlu mencari alasan. Karna Tuhan masih bermurah hati memberikan udara tanpa batas, tanah yang luas, fajar dan senja yang selaras, hujan yang tuntas, kemarau yang kembali meranggas. Semua yang saling menuju keteraturan. Bersyukurlah. . . "



Puncak memang tujuan, ada yang lebih dari itu. Puncak adalah sebuah keistimewaan yang perlu dirasakan, disimpan, dan dipertahankan setelah beberapa perjuangan. Dalam alam, dan hati yang terdalam





fidget









Tidak ada komentar:

Posting Komentar