Selamat malam, Ay, yang sedang perjalanan menuju Lombok.
Aku hanya mengkhawatirkan bagaimana jika kelak kita dipertemukan pada satu meja persis setahun lalu?
Waktunya akan semakin mendekat, aku kian mengingatmu lebih giat. Tanpa niat.
Aku harus bagaimana?
Apa yang perlu aku lakukan? Kembalikah seperti dulu? Setahun yang lalu, awal pertemuan yang menumbuhkan sesuatu. Kemudian sesuatu itu bermekaran tak terlendali. Hingga kini masih kurawat penuh harap.
Pernah beberapa kali ku cabut, ku bunuh, lalu tak ku ijinkan kembali disitu.
Apalah daya, serupa akar kuat yang mengikat, bertahan puluhan jam, lalu kembali tumbuh lebih cepat dan lebat.
Itu cinta, Ay. Begitu jugakah hatimu?
Yang pasti, jika waktu itu tiba, satu hal yang tak mungkin aku lakukan yaitu berusaha menatap sepasang mata.
Dimana, dulu, aku selalu berteduh. Dari dinginnya sikapmu.
Ah, Ay, semoga kau selalu dalam perlindunganNya
nb: kali ini aku tak mengharapkan apapun setibamu di Surabaya, seperti yang biasa kamu lakukan ketika mengunjungi puncak gunung, menjenguk bibir pantai, atau sekedar melintasi sudut kota.
Sent from Yahoo! Mail on Android
fidget
|
Aku merindukan pelukan . Seperti halnya merindukan hujan . Hujan . Adalah ketika aku berteman dengan kesunyian dan kenangan. Terkadang pula menghadirkanmu secara diam-diam dibalik kacamataku yang berembun beruapan . Jika seperti itulah mataku juga akan melakukan hal yang sama, berair menyatu dengan bulir air hujan.
Kamis, 14 Mei 2015
Surat Kekhawatiran, Ay
Senin, 11 Mei 2015
Pesan itu Menghadirkanmu
Rindu ini membuntutiku, Ay, sungguh! Semakin lama, makin mendesakku mengingatmu. Menggilir sepasang mataku menuju satu persatu rangkaian kenangan dalam sebuah pesan. History chat itu dengan cepat menghadirkan sosokmu.
Sent from Yahoo! Mail on Android
|
fidget
Untuk Kamu, Ay (AR)
Hai Ay, apa kabarmu?
Kabarku? Aku baru saja menyadari aku telah jatuh cinta untuk kedua kalinya padamu. Setelah kita pernah sedekat nadi, dan kini sejauh matahari
Sent from Yahoo! Mail on Android
fidget
|
Langganan:
Postingan (Atom)