Aku merindukan pelukan . Seperti halnya merindukan hujan . Hujan . Adalah ketika aku berteman dengan kesunyian dan kenangan. Terkadang pula menghadirkanmu secara diam-diam dibalik kacamataku yang berembun beruapan . Jika seperti itulah mataku juga akan melakukan hal yang sama, berair menyatu dengan bulir air hujan.
Duhai Tuhan Sang Maha Cinta, yang menghembuskan kasih pada hati setiap manusia di dunia, tolong pegangi hati hamba!
Tuhan, saya hendak mengadu tentang hati padaMu,
hati yang senantiasa menangis dalam sujud tiap malam dikala orang-orang telah
lelap tertidur, hati yang bilamana merasakan lelah tiba-tiba ingin pergi jauh
tiada tuju, hati yang kian hari kian butuh sandaran untuk sekedar melepas
jenuh.
Duhai Tuhan yang menguasai hati,
Bukan hendak lancang padaMu, tapi saya ingin
mengembalikan setiap rasa yang pernah Engkau hembuskan pada sekeping hati saya,
karena rupanya saya tak sanggup lagi menahannya. Biarkan saja, seperti dahulu
ketika membuka mata dari rahim ibu, tanpa mengenal berbagai rasa yang pada
malam ini meluap-luap. rasa yang terlalu banyak warna yang semakin mengabur
pudar dan tidak mudah untuk dibaca.
Aku, aku terlalu kesusahan menata dan memahaminya.
Memang sudah semestinya saya bersyukur padaMu,
Tuhan, karena masih diizinkan untuk mengecap rasa cinta. Dari sebuah perkenalan
yang berujung kedekatan, kemudian berkat Sang Waktu tiba-tiba saya melupakan
lelah dan memulai untuk membuka hati untuk siapapun yang berniat untuk menetap
dihati saya, walaupun terkadang saya meragukan entah sebentar maupun selamanya.
Tak lama, saya dipaksa oleh pemikiran saya, bahwa kesempatan tidak akan datang
untuk hal dan waktu yang sama, maka saya memutuskan untuk menepikan lelah dan
berusaha memulai kembali dari awal bak seorang yang menemukan harapan-harapan
indah disejengkal mata. Maka saya berlari, Tuhan, berlari mengejar bayang yang
biasa disebut orang dengan 'kekasih'.
Duhai Tuhan yang menggenggam hati,
Aku telah berlari kencang melampui yang aku
mampu, aku telah berusaha melebihi yang aku bisa. Namun, begitu sajakah,
Tuhan?
Itu benar-benar bayangan, yang sampai detik ini
aku tak bisa menyentuhnya.
Aku kecewa, kemudian jatuh dalam hitungan waktu yang cukup lama.
Puluhan bulan, bahkan ribuan malam, aku pura-pura melupa.
Tentang rasa, tentang luka, dan tentang lelah
Tuhan, lalu bagaimana tentang perjalananku? Aku harus berhenti di sini?
Atau kembali?
Duhai Tuhan yang menguatkan hati,
Barangkali saja Engkau berkenan membuat harapan
itu menjadi nyata suatu masa dan mengirimkan seseorangMu, akan tetapi
bila Kau tak memberi kesempatan, berikan saya kekuatan untuk tetap mencintainya
(seseorangMu yang masih kau simpan itu) dalam diam.